Blankspot Hambat Pendidikan, Wabup Fokus Perkuat Infrastruktur dan Digitalisasi

KASONGAN – Keterbatasan infrastruktur dan akses digital menjadi sorotan utama Wakil Bupati Katingan, Firdaus, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut. Hal ini terungkap saat audiensi pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) bersama jajaran Dinas Pendidikan di ruang kerja Wakil Bupati, Senin (8/9/2025).

Dalam pertemuan itu, Firdaus menegaskan bahwa tantangan terbesar pendidikan di Katingan bukan hanya pada ketersediaan fasilitas fisik, tetapi juga hambatan geografis dan minimnya akses internet. Sekitar 40 persen wilayah Katingan masih berada dalam kondisi blankspot, menyebabkan kesenjangan pembelajaran antara sekolah di perkotaan dan pedalaman.

“Kita tidak bisa bicara kualitas pendidikan tanpa memperbaiki akses. Blankspot ini menjadi pekerjaan besar yang terus kami kejar penyelesaiannya,” katanya kepada kalteng24.com, Senin (8/9/2025).

Selain penguatan infrastruktur digital, pemerintah daerah juga menyiapkan sejumlah langkah strategis, termasuk modernisasi sistem pemantauan guru dan percepatan pemutakhiran data anak tidak sekolah melalui kolaborasi antara sekolah, desa, dan orang tua.

Wakil Ketua PGRI Kabupaten Katingan, Murjani, menyoroti perlunya fasilitas sekretariat organisasi yang lebih memadai serta dukungan teknologi untuk pendidik, terutama bagi mereka yang bertugas di daerah terpencil. Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan, Arianson, menekankan pentingnya data pendidikan yang akurat sebagai dasar penyaluran bantuan dan perencanaan program.

Di sisi lain, Firdaus menegaskan bahwa Pemkab Katingan tetap berkomitmen meningkatkan kompetensi guru, khususnya dalam penggunaan teknologi dan literasi digital. Pemerintah juga menyediakan aula pendidikan secara gratis bagi tenaga pendidik sebagai pusat kegiatan pembelajaran dan pelatihan.

“Melalui penguatan infrastruktur dan digitalisasi pendidikan, pemerintah berharap kualitas layanan pendidikan dapat meningkat dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang tinggal di pelosok desa,” katanya. (adv)

editor: pahit s. narottama