Terisolasi, Empat Desa Minta Sambungan Listrik PLN

PALANGKA RAYA – Sekretaris Komisi II DPRD Kalteng, Sengkon mengatakan, empat desa yang terisolasi di Kecamatan Marikit, Kabupaten Katingan, meminta sambungan listrik PLN. Keempat desa itu adalah; Tumbang Hiran, Sabaung, Malawan dan Taei.

Apalagi kata dia, sampai sekarang empat desa tersebut sama sekali belum pernah menikmati jaringan listrik PLN. Masyarakat berpendapat bahwa kebutuhan listrik menjadi impian dan sangat mendukung berbagai aktivitas hidup dan perekonomian mereka.

Pekerja teknis pemasangan tiang dan jaringan listrik PLN sedang bekerja keras untuk mewujudkan impian masyarakat di pedalaman Kalteng menikmati listrik.

“Persoalan mendasar yang menjadi kendala dalam memasukkan jaringan listrik PLN ke desa-desa tersebut adalah akses jalan darat yang tidak ada. Bahkan, untuk bisa menuju ke desa-desa itu, harus melewati sungai dan transportasi air dengan biaya yang mahal,” katanya kepada Kalteng24.com.

Karena itu, politikus Partai Perindo ini juga meminta perhatian pemerintah untuk bisa membuka akses jalan darat yang sejatinya tidak terlalu jauh dari kecamatan terdekat, atau akses jalan provinsi yang melintasi kecamatan di wilayah utara Kabupaten Katingan.

Yang menyulitkan lagi kata dia, akses transportasi air tersebut terkendala sepanjang musim kemarau karena surut dan banyak riam. Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan I Kalteng, meliputi; Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Gunung Mas, dia meminta pemerintah segera membuka akses jalan darat.

Sengkon.

“Dahulu, pernah ada bantuan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Red) di sejumlah desa yang terisolasi. Namun, itu sekitar 10 tahun lalu dan sekarang banyak yang sudah rusak, sehingga mereka mengharapkan ada bantuan PLTS lagi,” katanya.

Aspirasi yang disampaikan masyarakat di Kecamatan Marikit itu kata dia, patut menjadi perhatian pemerintah, karena masih banyak desa-desa di Kalteng yang belum tersambung jaringan listrik PLN. Selain itu, masyarakat juga meminta pendidikan dan kesehatan jadi perhatian. (adv)

 

editor: pahit s. narottama